Cerita Rahayu Saraswati Evakuasi Anak-anaknya saat Jadi Target Penjarahan hingga Dicap 'Gimmick'

Oleh: Kiswondari
Senin, 10 November 2025 | 07:26 WIB
Cerita Rahayu Saraswati evakuasi anak-anaknya saat jadi target penjarahan hingga dicap 'gimmick'. (Foto/Instagram Rahayu)
Cerita Rahayu Saraswati evakuasi anak-anaknya saat jadi target penjarahan hingga dicap 'gimmick'. (Foto/Instagram Rahayu)

BeritaNasional.com - Setelah mengundurkan diri dari Anggota DPR RI pada 10 September 2025 lalu, Rahayu Saraswati tidak pernah muncul lagi ke publik, hingga Mahkamah Kehormatan (MK) Partai Gerindra dan Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) DPR memutuskan untuk menolak pengunduran dirinya. Melalui akun Instagramnya @rahayusaraswati, ia menceritakan segala kegamangannya juga hal yang ia hadapi beberapa bulan lalu, termasuk saat rumahnya ikut menjadi target penjarahan sekelompok massa.

Rahayu menyampaikan bahwa keputusan pengunduran dirinya bukan hal yang mudah. Apalagi, kompetisi di Pileg 2024 lalu telah memakan dana yang sangat banyak dan hasil dari kerja keras dirinya beserta semua pihak yang terlibat saat kampanye Pileg 2023-2024. Ia pun mempertimbangkan pengorbanan dan perjuangan tim yang telah membantunya, juga 45.000 suara rakyat Jakarta Utara dan Kepulauan Seribu yang telah dititipkan kepada dirinya.

"Mempertimbangkan segala pengorbanan dan perjuangan yang mereka lakukan, dan 45.000 suara rakyat Jakarta Utara dan Kepulauan Seribu yang telah dititipkan kepada saya untuk bisa mewakili mereka di DPR RI, untuk lantas mengambil keputusan pengunduran diri, bagaimanapun juga TIDAKLAH MUDAH," tulis Rahayu.

Rahayu menyampaikan, keputusan itu makin sulit saat ia mendengar kabar bahwa rumahnya menjadi salah satu target penjarahan massa. Ia pun harus mengevakuasi ketiga anaknya dari rumah demi keselamatan.

"Tidaklah mudah saat harus mengevakuasi anak-anak dari rumah karena menjadi salah satu yang ditarget untuk penjarahan," ungkap Rahayu.

Menurut Rahayu, bukan keputusan yang mudah juga saat menyadari reputasi yang telah susah payah ia bangun dengan kerja keras dan integritas bisa semudah itu dirusak oleh disinformasi dan orang-orang bayaran, yang bahkan ada beberapa temannya ikut termakan oleh framing tersebut. Sulit juga untuk melepaskan diri dari framing itu, apalagi kata-katanya telah menyakiti banyak orang meskipun yang di-framing hanya potongan kalimat dan keluar dari konteks.

Rahayu pun makin gamang saat membaca ada banyak sumpah serapah serta ancaman kepada dirinya dan keluarganya.

"Tidak mudah saat mendengar "Ya sudah jika tak mau keluargamu disumpahin dan diancam, mundur saja"," ungkap Rahayu.

Apalagi, kata Rahayu, ratusan kader dan teman-temannya memohon agar ia tidak mengundurkan diri. Mereka menaruh harapan besar di pundak saya sebagai simbol perjuangan perempuan dan anak muda di DPR. Namun, segala perjuangan, dukungan serta privilege yang dimilikinya harus kalah pada haters (pembenci) yang bahkan tidak mengikuti perjuangan dirinya.

"Sehingga jika saya, dengan segala privilege yang saya miliki bisa saja dihantam sampai mundur, sampai puluhan ribu rakyat yang telah menitipkan suara mereka ke saya kalah dari suara haters yang tidak pernah mengikuti perjuangan saya, maka apa daya mereka yang juga idealis tapi tidak memiliki keunggulan dan privilege yang saya miliki?," ungkap Rahayu.

Keponakan Prabowo ini menceritakan bahwa sejak pengunduran dirinya itu, ada banyak dukungan yang mengalir deras. Sejumlah konstituennya mengirimkan video-video dukungan untuk dirinya, bahkan ada juga tokoh yang angkat bicara membela dirinya, meskipun tokoh itu tidak begitu dikenalnya dan hanya beberapa kali bertukar pesan lewat direct message (DM) Instagram sebelum Pilpres. Ia pun menyampaikan terima kasihnya atas dukungan itu.

"Mbak Sherly Annavita, I will never forget the way you spoke up for me, stood up for me, dan bahkan sampai dengan lantang meminta partai untuk menolak pengunduran diriku," ucapnya.

Bahkan, ia mengungkapnya bahwa sampai ada yang membuat petisi dukungan untuk dirinya, bahkan sampai muncul tiga petisi. Namun, ia belum bisa merespons putusan MKD ini karena masih mencerna dan karena gangguan post traumatic stress disorder (PTSD) yang dideritanya saat mengingat DPR. Bahkan, ia tak menyangka bahwa yang menandatangani petisi dukungan itu mencapai 10.951 warga.

Selain percaya bahwa jabatan dan posisi bukan segalanya, Rahayu pun mengakui atas kesalahannya dan harus bertanggung jawab atas itu. Ia pun mengaku lebih bahagia bekerja di luar dunia politik, karena ia lebih bebas mencari uang dan juga bisa lebih produktif.

"Dan saya memang bahagia di luar politik praktis karena bisa bebas cari cuan (ye kan?) dan produktif berusaha dan berkontribusi dengan semua usaha saya," tuturnya.

Ketua Umum PP Tidar ini juga mengatakan bahwa saat putusan MKD itu ia dengar, ia pun mendapat kabar bahwa rumahnya kebanjiran, sehingga ia belum memiliki waktu untuk berpikir jernih. Meskipun ratusan pesan dukungan yang masuk, tetap masih ada pesan-pesan yang mengatakan bahwa pengunduran dirinya hanya gimmick atau rekayasa belaka.

"Ditambah di satu sisi ratusan pesan masuk bahwa mereka bersukacita doa mereka dikabulkan bahwa pengunduran iri saya ditolak, bahagia masih da perwakilan perempuan dan anak muda yang bisa mereka harapkan (padahal ada loh perempuan muda lain di DPR). Tapi lalu banyak juga suara yang langsung menyampaikan bahwa kesannya ini di-setting dan pengunduran diri saya kemarin hanya sebuah gimmick," ungkap Sara.

"Rasa-rasanya mau bilang ke mereka "ya sudah anda yang bicara sana dengan yang merasa aku bikin gimmick dan menantang aku untuk tetap di luar DPR"," imbuhnya.

sinpo

Editor: Kiswondari
Komentar: