Sumatera Bagian Tengah dan Selatan Bakal Diterpa Kekeringan serta Hujan Ekstrem hingga 2050

Oleh: Tarmizi Hamdi
Senin, 10 Juni 2024 | 21:00 WIB
Ilustrasi banjir bandang. (Foto/BNPB)
Ilustrasi banjir bandang. (Foto/BNPB)

BeritaNasional.com - Pulau Sumatera bagian tengah dan selatan yang membentang dari Pekanbaru hingga Lampung pesisir timur menghadapi ancaman kekeringan yang signifikan sebesar 20-25 persen hingga 2050.

Hal tersebut merupakan data dari kajian perubahan iklim oleh peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), 

“Pada saat bersamaan, wilayah-wilayah tersebut juga mengalami peningkatan hujan ekstrem 10-30 persen,” ungkap Peneliti Klimatologi BRIN Prof. Erma Yulihastin dalam acara World Environmental Day di UIN Raden Intan Lampung pada Kamis (6/6).

Erma menekankan wilayah Sumatera akan mengalami perubahan durasi musim hujan yang lebih panjang, sedangkan hari-hari kering tanpa hujan juga meningkat. 

“Akibatnya, sekali hujan bisa sangat ekstrem. Wilayah yang paling terdampak dengan musim hujan yang lebih lama dan hujan ekstrem adalah Sumatera bagian selatan, termasuk Lampung,” tuturnya.

Selain itu, peneliti Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN tersebut menjelaskan tentang La Nina yang diprediksi mulai terbentuk pada Juni 2024 dan dapat dikonfirmasi pada Agustus 2024. 

La Nina ditandai anomali negatif suhu permukaan laut di Samudra Pasifik kurang dari -0,5 derajat Celsius selama minimal tiga bulan berturut-turut. 

Dampaknya, di Sumatera dan Kalimantan akan dirasakan lebih cepat dengan pembentukan kemarau basah atau musim kemarau yang lebih pendek selama dua bulan, misalnya, wilayah Lampung dan Sumatera Selatan.

Erma juga menekankan pentingnya mitigasi dan adaptasi kebijakan pemerintah daerah, terutama oleh Bappeda yang harus mempertimbangkan hasil kajian-kajian perubahan iklim. 

Salah satu upaya untuk merespons perubahan iklim adalah dengan sering memutakhirkan kebijakan terkait teknis penentuan masa tanam, jadwal irigasi, dan sejenisnya. 

“Karena itu, harus ada terobosan-terobosan dalam pengambilan kebijakan yang dapat dilakukan secara cepat, tepat, dan terus-menerus diperbaharui,” ungkapnya. 

Tim periset dari BRIN telah membangun berbagai tools sistem pendukung keputusan untuk pengambilan kebijakan teknis terkait pertanian, hidrologi, dan kebencanaan. 

Dengan adanya prediksi ancaman hujan ekstrem dan kekeringan ini, langkah-langkah mitigasi yang tepat dan cepat sangat diperlukan untuk mengurangi dampak negatif perubahan iklim di Sumatera.

Ahli Planologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Prof. Adjie Pamungkas turut hadir dalam kegiatan itu. 

Pada kesempatan tersebut, keduanya memaparkan perubahan iklim dari hulu ke hilir. 

Mereka membahas fakta-fakta ilmiah perubahan iklim di Sumatera dan aksi nyata yang bisa dilakukan untuk mitigasi, termasuk pengurangan penggunaan plastik dan bahan bakar fosil yang dapat dilakukan mahasiswa dan generasi Z.

 sinpo

Editor: Tarmizi Hamdi
Komentar: