Menelusuri Jejak Sejarah Lawang Sewu: Pesona Bangunan Seribu Pintu yang Penuh Misteri

Oleh: Tim Redaksi
Senin, 12 Agustus 2024 | 03:22 WIB
Lawang Sewu, tempat wisata legendaris di Semarang. (BeritaNasional/jatengprov)
Lawang Sewu, tempat wisata legendaris di Semarang. (BeritaNasional/jatengprov)

BeritaNasional.com -  Lawang Sewu, yang berarti "Seribu Pintu" dalam bahasa Jawa, adalah salah satu bangunan ikonik di Semarang, Jawa Tengah, Indonesia.

Dibangun oleh pemerintah kolonial Belanda pada awal abad ke-20, gedung ini awalnya berfungsi sebagai kantor Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS), sebuah perusahaan kereta api Belanda. Arsitekturnya yang megah dan bergaya Eropa mencerminkan kemegahan dan kekuatan kolonial pada masa itu.

Gedung ini terkenal dengan desainnya yang luas dan berlapis, serta jendela-jendela besar yang memberikan pencahayaan alami yang melimpah. Struktur bangunan ini mencerminkan pengaruh arsitektur kolonial dengan sentuhan gaya Art Deco yang elegan, dan terletak di pusat kota Semarang, menjadikannya salah satu landmark penting di kota tersebut.

Sejarah Lawang Sewu

Lawang Sewu adalah bangunan bersejarah,yang kisahnya dimulai pada 1864, ketika pemerintah kolonial Belanda memulai proyek membangun jalur kereta api pertama di Indonesia.

Pada masa itu, perjalanan antar kota memakan waktu yang lama dan melelahkan. Untuk mengatasi masalah ini, pemerintah Belanda merencanakan pembangunan jalur kereta api yang menghubungkan Semarang, Solo, Yogyakarta, serta Kedungjati hingga Ambarawa.

Proyek ini dimulai dengan menghubungkan Stasiun Semarang dan Stasiun Tanggung, yang berlangsung dari 1864 hingga 1867. Jalur kereta api ini bertujuan utama untuk mengangkut hasil pertanian dan perkebunan dari Kraton Solo dan Kraton Yogyakarta ke pelabuhan Semarang. Keberhasilan proyek ini mendorong NIS untuk memperluas operasionalnya dan memerlukan kantor baru untuk administrasi.

Kantor baru tersebut dibangun di Jalan Pemuda, Semarang. Pada 1904, pembangunan gedung dimulai dengan J.F. Klinkhamer dan B.J. Queendag sebagai perencana, serta Cosman Citroen sebagai arsitek utama. Gedung ini, yang dikenal sebagai Lawang Sewu, selesai dibangun pada 1918 dan berfungsi sebagai kantor pusat NIS.

Namun, sejarah gedung ini mengalami perubahan besar pada tahun 1942 ketika Jepang mengambil alih kekuasaan. Selama pendudukan Jepang, Lawang Sewu digunakan sebagai Kantor Ryuku Sokyoku (Jawatan Transportasi Jepang). Ruang bawah tanah gedung juga digunakan sebagai penjara untuk eksekusi mati. Pada 1945, setelah Jepang mundur akibat perang, Belanda kembali menguasai Semarang, dan Lawang Sewu beralih menjadi kantor DKARI (Djawatan Kereta Api Republik Indonesia).

Namun, pada 1946, DKARI harus pindah ke bekas kantor de Zustermaatschappijen karena Lawang Sewu dijadikan markas tentara Belanda. Pada 1994, gedung ini diserahkan kepada PT Kereta Api Indonesia dan menjalani restorasi besar-besaran pada 2009. Renovasi mencakup pengecatan ulang dinding, pembersihan ruangan, dan perbaikan beberapa bagian gedung, karena Lawang Sewu kini dianggap sebagai salah satu cagar budaya Indonesia.

Pada 2011, Ibu Negara Ani Yudhoyono meresmikan Lawang Sewu sebagai museum, yang kini menjadi tujuan wisata domestik dan mancanegara. Lawang Sewu tidak hanya berfungsi sebagai saksi bisu sejarah transportasi kereta api di Indonesia tetapi juga sebagai museum yang menyimpan banyak cerita dan perjuangan para pendahulu kita.

Aura Mistis Lawang Sewu

Selain sebagai situs bersejarah, Lawang Sewu juga dikenal karena kisah-kisah mistis yang mengelilinginya. Pada masa penjajahan Jepang, gedung ini digunakan sebagai markas dan pusat interogasi. Konon, selama periode ini terjadi berbagai tindakan kekejaman dan penyiksaan yang menyebabkan banyak jiwa tidak tenang. Kisah-kisah mistis sering mengaitkan Lawang Sewu dengan roh-roh penasaran dan kejadian-kejadian supranatural.

Beberapa cerita populer tentang Lawang Sewu termasuk:

1. Penampakan Hantu: Banyak pengunjung melaporkan melihat sosok-sosok misterius, terutama di area-area gelap dan terpencil di gedung ini. Penampakan ini sering digambarkan sebagai bayangan putih atau sosok yang tidak jelas.

2. Suara-suara Aneh: Pengunjung juga melaporkan mendengar suara-suara aneh seperti langkah kaki, pintu yang berderit, atau bisikan halus yang tidak dapat dijelaskan.

3. Kejadian Misterius: Beberapa orang melaporkan mengalami kejadian-kejadian aneh seperti suhu yang tiba-tiba berubah atau peralatan yang berfungsi tidak seperti biasanya.

Lawang Sewu Tempat Wisata Populer

Saat ini, Lawang Sewu merupakan salah satu destinasi wisata populer di Semarang. Selain menikmati keindahan arsitektur kolonialnya, pengunjung juga dapat mengeksplorasi beberapa daya tarik berikut:

- Tur Sejarah: Pengunjung dapat mengikuti tur untuk mempelajari sejarah gedung ini, mulai dari masa kolonial hingga era Jepang dan kemerdekaan Indonesia. Tour guide biasanya menceritakan sejarah Lawang Sewu secara mendetail dan menjelaskan berbagai aspek arsitektural serta sejarahnya.

- Area Fotografi: Gedung ini menjadi lokasi favorit bagi fotografer dan pengunjung yang ingin mengabadikan keindahan arsitektur serta suasana mistisnya. Fotografi pada malam hari sangat populer karena menambah nuansa misteri.

- Museum: Di dalam Lawang Sewu, terdapat beberapa area yang dijadikan museum, menampilkan berbagai artefak dan dokumen bersejarah yang terkait dengan masa lalu gedung ini.

- Acara dan Festival: Tidak jarang Lawang Sewu juga menjadi tuan rumah acara-acara khusus dan festival budaya, yang menarik lebih banyak pengunjung dan menawarkan pengalaman yang berbeda.

Dibangun pada tahun 1904, gedung Lawang Sewu adalah contoh megah dari arsitektur kolonial Belanda. Setiap ruangan di gedung ini telah dilengkapi dengan papan informasi ang siap memandu pengunjung, memberikan wawasan mendalam tentang sejarah dan kisah menarik di balik Lawang Sewu.

Selain itu, pengunjung juga dapat menjelajahi ruang bawah tanah yang misterius sambil berfoto-foto menikmati suasana.

Saat ini, Lawang Sewu menjadi salah satu destinasi wisata terkemuka dengan daya tarik yang luar biasa dan nilai sejarah yang tinggi. Tiket masuknya sangat terjangkau, hanya Rp 10.000 untuk dewasa dan Rp 5.000 untuk anak-anak. Lawang Sewu buka setiap hari dari pukul 08.00 WIB hingga 16.00 WIB, menawarkan kesempatan untuk mengeksplorasi keindahan dan misteri gedung bersejarah ini.sinpo

Editor: Imantoko Kurniadi
Komentar: