Tokoh Lintas Agama Bacakan Deklarasi Istiqlal 2024, Ini Isinya

Oleh: Tim Redaksi
Kamis, 05 September 2024 | 16:15 WIB
Paus Fransiskus saat berada di halaman Masjid Istiqlal. (BeritaNasional/Oke Atmaja)
Paus Fransiskus saat berada di halaman Masjid Istiqlal. (BeritaNasional/Oke Atmaja)

BeritaNasional.com - Sejumlah tokoh lintas agama membacakan Deklarasi Istiqlal 2024 di halaman Masjid Istiqlal pada Kamis (5/9/2024). 

Pemimpin Gereja Katolik Sedunia Paus Fransiskus turut menjadi saksi deklarasi tersebut.

Beberapa tokoh agama Islam, Kristen, Katolik, Konghucu, Buddha, hingga penganut kepercayaan, termasuk Perwakilan Konferensi Wali Gereja Monsinyur Tri Harsono dan Ismail Cawidu dari Masjid Istiqlal, turut membacakan deklarasi di hadapan pemimpin Vatikan tersebut. 

Mereka berkomitmen meneguhkan kerukunan umat beragama untuk kemanusiaan serta seruan perbaikan lingkungan dalam menghadapi krisis iklim. 

“Seperti yang bisa dilihat dari kejadian beberapa dekade terakhir, dunia kita jelas sedang menghadapi dua krisis serius, dehumanisasi dan perubahan iklim,” ungkap Tri Harsono yang dikutip dari laman Kemenag pada Kamis.

Mereka juga menyerukan melakukan tindakan-tindakan yang baik berdasarkan ajaran agama masing-masing. Kemudian, mengakui peranan dan falsafah Pancasila.

Dalam deklarasi tersebut, disinggung dua krisis serius yang terjadi beberapa dekade ini. Dua krisis serius itu adalah dehumanisasi dan perubahan iklim.

‘’Pertama, fenomena global dehumanisasi ditandai terutama dengan meluasnya kekerasan dan konflik, yang seringkali membawa jumlah korban yang mengkhawatirkan,’’ bunyi deklarasi.

Kemudian, yang lebih mengkhawatirkan adalah agama seringkali diperalat sehingga mengakibatkan penderitaan bagi banyak orang, terutama perempuan anak-anak dan orang lanjut usia. 

Padahal, peran agama harus mencakup peningkatan dan pemeliharaan martabat setiap kehidupan manusia.

Kemudian, persoalan kedua eksploitasi manusia atas ciptaan Tuhan.

‘’Rumah kita bersama, telah berkontribusi terhadap perubahan iklim yang menimbulkan berbagai konsekuensi destruktif seperti bencana alam, pemanasan global, dan pola cuaca yang tidak dapat diprediksi,’’ bunyinya.

Krisis lingkungan yang sedang berlangsung ini telah menjadi hambatan bagi kehidupan bersama yang harmonis di antara masyarakat.

Untuk menghadapi krisis itu, para pemuka agama menyerukan beberapa hal:

Pertama, nilai-nilai yang dianut oleh tradisi agama-agama kita harus dimajukan secara efektif untuk mengalahkan budaya kekerasan dan ketidakpedulian yang berada di dunia kita.

Sejatinya, nilai-nilai agama harus diarahkan untuk meningkatkan budaya hormat, martabat, bela rasa, rekonsiliasi, dan solidaritas persaudaraan untuk mengatasi dehumanisasi dan perusahaan lingkungan.

Kedua, para pemimpin agama khususnya, terinspirasi oleh narasi dan tradisi rohani masing-masing, harus bekerjasama dalam menanggapi krisis-krisis tersebut di atas mengidentifikasi penyebabnya, dan mengambil tindakan yang tepat.

Ketiga, oleh karena terdapat satu keluarga umat manusia di seluruh dunia, dialog antarumat beragama harus diakui sebagai sebuah sarana yang efektif untuk menyelesaikan konflik-konflik lokal, regional, dan internasional, terutama konflik-konflik yang dipicu oleh penyalahgunaan agama.

Selain itu, keyakinan dan ritual-ritual agama kita memiliki kapasitas khusus untuk menyentuh hati manusia dengan demikian menumbuhkan rasa hormat yang lebih dalam terhadap martabat manusia.

Keempat, menyadari bahwa lingkungan hidup yang sehat, damai dan harmonis sangat penting menjadi hamba Allah dan pemelihara ciptaan yang sejati.

‘’Kami dengan tulus menghimbau semua orang yang berkehendak baik untuk mengambil tindakan tegas guna menjaga keutuhan lingkungan hidup dan sumber dayanya. Karena kita telah mewarisinya dari generasi sebelumnya dan berharap untuk dapat meneruskannya kepada anak cucu kita,’’ tutupnya.sinpo

Editor: Tarmizi Hamdi
Komentar: