Air Putih Kemasan Kamu Aman? Begini Kata Pakar Kesehatan

Oleh: Sri Utami Setia Ningrum
Kamis, 17 Oktober 2024 | 13:00 WIB
Sejumlah pekerja memilah sampah botol dan galon plastik untuk didaur ulang di Koperasi Pemulung Berdaya,Tangerang Selatan, Banten, Minggu (21/7/2024). (BeritaNasional.com/Oke Atmaja)
Sejumlah pekerja memilah sampah botol dan galon plastik untuk didaur ulang di Koperasi Pemulung Berdaya,Tangerang Selatan, Banten, Minggu (21/7/2024). (BeritaNasional.com/Oke Atmaja)

BeritaNasional.com -  Penggunaan air minum dalam kemasan sudah menjadi kebutuhan yang tidak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari apalagi bagi masyarakat perkotaan. Selain praktis rasanya pun diklaim lebih segar dibandingkan air yang kita rebus sendiri. Tapi tahukah kamu kemasan plastik khususnya air dalam galon bisa tercemar oleh senyawa kimia yang terkandung dalam bahan plastik galon tersebut. Kondisi ini akan semakin parah jika air dalam galon tersebut terpapar sinar matahari langsung dalam waktu lama. 

Pakar kesehatan I Made Oka Negara dari Fakultas Kedokteran Universitas Udayana sangat menyayangkan praktik transportasi air minum dalam kemasan (AMDK) galon,  yang diangkut dengan truk-truk terbuka dan terpapar panas sinar matahari. Dengan kondisi tersebut maka sangat rentan AMDK yang dikonsumsi masyarakat  tercemar bahan kimia berbahaya Bisfenol A (BPA), yang berpindah dari kemasan galon polikarbonat ke dalam air minum yang diwadahinya.

“Galon ini menjadi masalah pada waktu akan ditransport atau didistribusikan, mulai dari yang kosong mau diisi, maupun yang sudah diisi dan (dikirim) ke distributor-distributornya. Itu saya lihat dan beberapa data menyebutkan bahwa walaupun mereka tidak panas, tapi dalam distribusinya bisa terpapar panas, karena ditaruh di truk-truk terbuka,” katanya. 

Dia menjelaskan BPA yang masuk dalam tubuh manusia secara terus menerus akan mengakibatkan gangguan estrogen pada wanita. Sedangkan dan pada laki-laki berpotensi mengalami micropenis, berpotensi mengalami gangguan kesuburan. 

"Kalau pada perempuan, cenderung mengalami debut seksual lebih awal, payudaranya dan panggulnya lebih besar lebih awal."

Kontaminasi BPA pada AMDK galon polikarbonat sambungnya sudah dibuktikan dari penelitian lapangan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) yang mengungkapkan bahwa air kemasan dari galon polikarbonat di enam daerah di Indonesia menunjukkan tingkat kontaminasi BPA yang mengkhawatirkan. 

BPOM menemukan zat BPA dalam kadar melebihi ambang batas  (0,9 ppm per liter) pada air minum dalam kemasan galon, pada periode 2021-2022. Padahal ambang batas yang ditentukan adalah sebesar 0,6 bagian per sejuta (ppm) per liter.

Keenam daerah yang  AMDK galonnya diduga tercemar paparan BPA, di antaranya Medan, Bandung, Jakarta, Manado, Banda Aceh, dan Aceh Tenggara.

Berdasar temuan BPOM, tingginya kadar BPA ini sebanyak 3,4% ditemukan pada sarana distribusi dan peredaran. Sedangkan hasil uji migrasi BPA yang mengkhawatirkan, 0,05-0,6 ppm, menyebutkan 46,97% ditemukan di sarana distribusi dan peredaran, serta 30,19% ditemukan di sarana produksi. 

Sementara, uji kandungan BPA pada AMDK yang melebihi 0,01 ppm, 5% ditemukan di sarana produksi serta 8,6% ditemukan di sarana distribusi dan peredarannya.

BPOM membuktikan, terkontaminasinya AMDK galon dengan BPA yang berlebih ini akibat proses pascaproduksi. Proses perjalanan transportasi dan penyimpanan AMDK galon, dari pabrik menuju konsumen melalui berbagai media dan ruang ini, diduga tidak sesuai prosedur. 

Misalnya, galon yang terkena paparan panas matahari atau dibanting-banting saat diturunkan, diyakini menjadi penyebab kandungan BPA dalam kemasan galon bermigrasi dalam air.

Senada dengan itu, Yeni Restiani dari Direktorat Standardisasi Pangan Olahan BPOM mengatakan proses migrasi BPA dari kemasan ke dalam pangan bisa terjadi antara lain, karena Proses pencucian yang tidak tepat, penggunaan air pada suhu tinggi di atas 75 derajat celcius, terdapat residu detergen, dilakukannya pembersihan yang mengakibatkan goresan, penyimpanan tidak tepat, hingga paparan sinar matahari langsung atau karena lamanya terpapar sinar matahari.


 sinpo

Editor: Sri Utami Setia Ningrum
Komentar: