Eropa Bersiap Hadapi AS yang Akan Laksanakan Pilpres
BeritaNasional.com - Saat ini sekutu-sekutu Amerika Serikat (AS) di Eropa bersiap-siap menghadapi AS yang akan mengadakan Pilpres AS. Mereka sedang Siapa pun yang memenangkan pemilihan presiden, serta kombinasi trauma lama dan masalah baru jika Donald Trump yang kembali ke Gedung Putih.
Pemilu presiden Amerika Serikat terjadi lebih dari dua setengah tahun setelah invasi skala penuh Rusia ke Ukraina. Amerika telah memberikan kontribusi terbesar bagi pertahanan Ukraina. Namun, kini muncul sejumlah pertanyaan: apakah hal ini akan terus berlanjut di bawah kepemimpinan Trump, dan seberapa besar komitmennya terhadap sekutu-sekutu Pakta Pertahanan Atlantik Utara (North Atlantic Treaty Organization/NATO) secara umum.
Rachel Tausendfreund di Dewan Hubungan Luar Negeri Jerman mengatakan, jika Wakil Presiden Kamala Harris memenangi pemilihan presiden, di satu sisi berarti kelanjutan kebijakan Biden.
"Ia (Kamala Harris) telah menegaskan dalam semua pernyataannya bahwa ia menilai scara strategis dan secara moral merupakan hal yang penting bagi AS untuk terus mendukung upaya Ukraina. Meskipun demikian, kita melihat tentangan dari Partai Republik dan mulai meningkatnya kelelahan publik AS terhadap perang," kata Tausendfreund.
"Jadi kalau pun Harris menang, ada sebagian hal yang tampaknya akan lebih sulit dalam satu atau satu setengah tahun ke depan,” ujarnya dikutip dari VOA.
Belanja pertahanan Eropa yang lamban membuat kesal pemerintahan AS dari kedua partai selama bertahun-tahun, meskipun anggota NATO, termasuk Jerman, meningkatkan anggaran pertahanan mereka setelah Rusia berupaya menginvasi Ukraina pada 2022.
NATO memperkirakan 23 dari 32 negara sekutu akan memenuhi targetnya untuk mengalokasikan 2 persen atau lebih dari produk domestik bruto mereka untuk pertahanan tahun ini. Satu dekade yang lalu, hanya tiga negara yang mencapai target itu.
Selama masa jabatannya pada 2017-2021, Trump mengancam akan meninggalkan negara-negara yang menunggak jika tidak membayar tagihan mereka.
Dalam kampanye kali ini, Trump juga menyarankan agar Rusia melakukan apa yang diinginkannya terhadap mereka. Gertakan Trump itu telah merusak kepercayaan dan mengkhawatirkan negara-negara yang terletak paling dekat dengan Rusia, yang semakin tidak dapat diprediksi, seperti Estonia, Latvia, Lithuania, dan Polandia.
Rachel Tausendfreund dari Dewan Hubungan Luar Negeri Jerman mengatakan, jika Trump menang, ada indikasi bahwa ia tidak tertarik untuk mendukung Ukraina dalam perang itu.
Menurut Tausendfreund, Trump juga diperkirakan akan mendorong dengan cepat gencatan senjata atau negosiasi perdamaian, yang akan menghasilkan perdamaian yang mungkin tidak disukai oleh Ukraina dan Eropa.
"Jadi ini situasi yang cukup dramatis. Dan juga tidak mungkin Eropa dapat mengisi kekosongan militer yang ditinggalkan jika AS menarik dukungannya," katanya.
5 bulan yang lalu
DUNIA | 12 jam yang lalu
GAYA HIDUP | 2 hari yang lalu
HUKUM | 12 jam yang lalu
OLAHRAGA | 1 hari yang lalu
PERISTIWA | 2 hari yang lalu
OLAHRAGA | 2 hari yang lalu
EKBIS | 1 hari yang lalu
OLAHRAGA | 2 hari yang lalu
OLAHRAGA | 1 hari yang lalu
OLAHRAGA | 21 jam yang lalu