Maxim dan Grab Sebut Status Mitra Lebih Tepat untuk Pengemudi Ojol, Ini Alasannya

Oleh: Tim Redaksi
Selasa, 29 April 2025 | 10:46 WIB
Ilustrasi ojek online. (BeritaNasional/Oke Atmaja)
Ilustrasi ojek online. (BeritaNasional/Oke Atmaja)

BeritaNasional.com -  Menanggapi wacana terkait pengemudi ojek daring (ojol) yang akan dijadikan pegawai tetap, dua perusahaan layanan transportasi berbasis aplikasi, Maxim Indonesia dan Grab Indonesia, mengungkapkan pandangannya.

Keduanya sepakat bahwa status kemitraan adalah pendekatan yang paling tepat untuk pengemudi ojol, mengingat fleksibilitas yang ditawarkan pekerjaan ini.

Menurut Yuan Ifdal Khoir, PR Specialist Maxim Indonesia, status karyawan mengharuskan pengemudi untuk mengikuti jam kerja tetap, minimal 40 jam seminggu, dengan jadwal yang jelas dan pemenuhan pesanan dari satu aplikator saja. Hal ini, menurutnya, bertentangan dengan karakteristik pekerjaan pengemudi ojol yang sangat fleksibel.

"Status karyawan mengimplikasikan jam kerja yang ketat, sedangkan dengan status kemitraan, pengemudi bisa bekerja sesuai jadwal yang mereka pilih, sesuai kebutuhan mereka. Bahkan, sekitar 80 persen pengemudi tidak bekerja lebih dari empat jam dalam seminggu," ujar Yuan dalam keterangan tertulisnya Selasa (29/4/2025).

Yuan menambahkan, penerapan status karyawan justru bisa menimbulkan ketidakpuasan di kalangan pengemudi yang terbiasa dengan sistem kerja fleksibel.

"Status karyawan akan menghilangkan kenyamanan yang ada dalam sistem kerja saat ini, di mana pengemudi bisa kehilangan sebagian pendapatan mereka karena tidak memenuhi persyaratan tertentu," imbuhnya.

Di sisi lain, Tirza Munusamy, Chief of Public Affairs Grab Indonesia, menegaskan bahwa model kemitraan tetap menjadi pilihan utama bagi aplikator, mengingat karakteristik ekosistem bisnis ride-hailing yang berbeda dengan industri tradisional.

"Model kemitraan memberikan fleksibilitas bagi mitra untuk mengatur waktu kerja sesuai kebutuhan mereka. Selain itu, model ini juga memungkinkan masyarakat untuk memperoleh penghasilan tambahan secara mandiri dan berkelanjutan, yang sangat penting terutama di masa transisi atau saat menghadapi tantangan ekonomi," ungkap Tirza.

Namun, menurut Tirza, jika mitra pengemudi dikategorikan sebagai pekerja tetap, fleksibilitas tersebut akan hilang. "Mereka akan terikat pada aturan jam kerja, batas usia, target performa, dan bahkan ada batasan jumlah mitra yang dapat bergabung dengan platform," jelasnya.

Tirza juga memperkirakan bahwa jumlah mitra yang bisa bergabung akan sangat terbatas, hanya sekitar 10-20 persen dari jumlah mitra yang ada saat ini. "Hal ini tentu akan mengurangi kesempatan bagi banyak orang untuk meningkatkan taraf hidup melalui platform digital," tambahnya.

Dengan pendapat serupa dari kedua pihak, jelas bahwa status kemitraan bagi pengemudi ojol dianggap lebih menguntungkan, memberikan kebebasan kerja, dan peluang untuk pendapatan yang lebih fleksibel, terutama dalam menghadapi dinamika ekonomi yang terus berubah.sinpo

Editor: Imant. Kurniadi
Komentar: