LP3KN Gelar Munas III, Begini Pesan dari Menag Nasaruddin Umar

Oleh: Bachtiarudin Alam
Minggu, 11 Mei 2025 | 14:14 WIB
Lembaga Pembinaan dan Pengembangan Pesparani Katolik Nasional (LP3KN). (Foto/istimewa)
Lembaga Pembinaan dan Pengembangan Pesparani Katolik Nasional (LP3KN). (Foto/istimewa)

BeritaNasional.com - Menteri Agama RI, Nasaruddin Umar turut mengapresiasi filosofi dan spirit di balik terbentuknya Lembaga Pembinaan dan Pengembangan Pesparani Katolik Nasional (LP3KN) yang dinilai bukan sekadar ajang syiar keagamaan.

Hal itu disampaikan saat membuka Musyawarah Nasional (Munas) III LP3KN di Auditorium Kementerian Agama RI, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat pada Jumat (10/5/2025).

Sebagai bentuk dukungan penuh darinya terhadap penyelenggaraan Munas III LP3KN. Ia menekankan pentingnya menjadikan seni sebagai mitra agama, bukan lawannya sesuai kehadiran dari Pesparani (Pesta Paduan Suara Gerejani).

“Jangan pernah mempertentangkan seni dan agama. Seni mempunyai semangat yang sama dengan agama. Kita menyaksikan sesuatu yang sangat indah,” kata Nasaruddin dalam keteranganya dikutip, Minggu (11/5/2025).

Selain itu, dia juga menekankan bahwa Pesparani bukan hanya sebuah ajang seni panggung, melainkan panggung peradaban Indonesia. Karena tujuan dari kegiatan seperti Pesparani adalah untuk membangun kehidupan bersama dalam perbedaan tanpa saling mengusik. 

Maka dari itu, Nasaruddin pun berpesan agar seni memiliki kekuatan untuk menyatukan. Sehingga Pesparani harus terus dirawat dan dikembangkan sebagai ruang bersama bagi umat Katolik untuk menunjukkan kontribusi mereka terhadap kebudayaan dan persatuan nasional.

“Di sinilah letak kekuatan bangsa kita. Di Indonesia bukan hanya keindahan alam yang luar biasa, tetapi masyarakatnya juga memiliki hati yang indah,” lanjutnya.

Pada kesempatan yang sama, Ketua Umum LP3KN, Muliawan Margadana menyampaikan dalam Munas III ini juga sejalan dengan semangat visi besar gagasan Kurikulum Berbasis Cinta yang dicanangkan Nasaruddin.

“Kurikulum Berbasis Cinta mencerminkan semangat kebangsaan yang luar biasa. Ini selaras dengan semangat Pesparani yang memadukan iman dan cinta tanah air,” kata Muliawan. 

Bahkan, Muliawan menambahkan bahwa Pesparani adalah salah satu wajah Gereja Katolik Indonesia yang berakar pada budaya bangsa. Dia pun berharap kepada seluruh peserta agar terus membangun kehidupan bergereja dan berbangsa dengan semangat musik liturgi.

“Musik liturgi bukan hanya sarana ekspresi iman, tetapi juga kekuatan untuk membangun jembatan antargenerasi dan antarbudaya,” tuturnya.

Adapun rangkaian Munas III diawali Perayaan Ekaristi yang dipimpin oleh Uskup Keuskupan Bogor Mgr. Paskalis Bruno Syukur, OFM dan Uskup Sintang Mgr. Valentinus Saeng, CP. Dalam homilinya, menekankan pentingnya menjadikan Pesparani sebagai pesta iman menyatukan umat Katolik dari seluruh Indonesia.

Hal ini sejalan dengan pesan Paus Fransiskus dan juga semangat Paus Leo XIV yang baru saja terpilih, yang menyerukan pentingnya persaudaraan dan persatuan dalam keragaman.

Salah satu momen menarik dalam acara pembukaan adalah penampilan tarian Nusantara yang dibawakan oleh anak-anak dari Yayasan Prima Unggul, Jakarta. Tarian yang menggambarkan kekayaan budaya dari berbagai daerah di Indonesia ini sukses memukau seluruh hadirin.

Penampilan tersebut juga menggugah Menteri Agama untuk maju ke atas panggung dan berfoto bersama para penari, sebagai bentuk apresiasi atas semangat dan kreativitas generasi muda Katolik dalam merawat budaya bangsa.

Sementara untuk Pembukaan Munas III LP3KN juga diisi dengan peluncuran logo resmi PESPARANI 2025 serta pemutaran video kilas balik perjalanan LP3KN sejak didirikan. Acara Munas dijadwalkan berlangsung selama tiga hari, dengan agenda utama merumuskan arah strategis organisasi, memperkuat sinergi antar-LP3KD, serta menetapkan tuan rumah PESPARANI Nasional berikutnya.

“Dengan semangat kebersamaan dan cinta tanah air, seluruh peserta Munas diharapkan dapat membawa pulang semangat baru untuk mengembangkan PESPARANI di daerah masing-masing.

Seperti yang dipesankan para uskup dan tokoh nasional, PESPARANI harus terus menjadi pesta iman, panggung budaya, dan jembatan persaudaraan di tengah bangsa yang majemuk,” tuturnya.sinpo

Editor: Harits Tryan
Komentar: