Peneliti BRIN Ungkap Fakta Baru, Kadar Zat Berbahaya Vape Jauh Lebih Rendah daripada Rokok Tembakau

Oleh: Tim Redaksi
Selasa, 11 November 2025 | 19:10 WIB
Ilustrasi vape. (Foto/Freepik)
Ilustrasi vape. (Foto/Freepik)

BeritaNasional.com - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) merilis hasil kajian laboratorium yang signifikan terkait perbandingan kandungan toksikan (zat berbahaya) antara rokok elektrik berbasis cairan (vape) dengan rokok konvensional.

Temuan ini memberikan dasar ilmiah baru dalam diskusi mengenai produk tembakau alternatif di Indonesia.

Peneliti Ahli Utama BRIN Prof  Bambang Prasetya memaparkan bahwa kadar emisi zat berbahaya pada rokok elektrik jauh lebih rendah dibandingkan rokok tembakau biasa.

“Hasil kajian kami menunjukkan bahwa emisi dari rokok elektrik mengandung kadar toksikan yang jauh lebih rendah dibandingkan rokok konvensional,” kata Bambang yang dikutip dari Antaranews pada Selasa (11/11/2025).

Analisis 9 Senyawa Toksikan WHO

Studi ini melibatkan pengujian terhadap 60 sampel vape dari berbagai merek dan kadar nikotin yang beredar di pasaran, serta tiga jenis rokok konvensional sebagai pembanding. Pengujian difokuskan pada sembilan senyawa toksikan utama yang ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), meliputi formaldehida, asetaldehida, akrolein, karbon monoksida, 1,3-butadiena, benzena, benzo[a]pyrene, serta dua nitrosamin spesifik tembakau (NNN dan NNK).

Meskipun beberapa senyawa toksik masih terdeteksi dalam emisi rokok elektrik, jumlahnya terbukti jauh lebih minim.

"Meskipun beberapa senyawa seperti formaldehida dan benzoapyrene masih terdeteksi, jumlahnya signifikan di bawah kadar yang ditemukan pada rokok biasa," tambah Bambang.

Data laboratorium BRIN menunjukkan perbandingan yang mencolok:

- Kadar formaldehida pada emisi rokok elektrik tercatat 10 kali lebih rendah.

- Kadar akrolein tercatat 115 kali lebih rendah.

- Kadar benzena tercatat hingga 6.000 kali lebih rendah dibandingkan rokok konvensional.

- Sementara itu, senyawa berbahaya seperti karbon monoksida, 1,3-butadiena, NNN, dan NNK, bahkan tidak terdeteksi sama sekali dalam emisi rokok elektrik yang diuji.

Dasar Ilmiah untuk Kebijakan Berbasis Bukti

Menurut Bambang, temuan ini sangat penting karena menyediakan dasar ilmiah objektif untuk memahami profil toksikologi produk tembakau alternatif di Indonesia.

Namun, ia juga menekankan bahwa potensi risiko yang lebih rendah pada vape ini harus diiringi dengan pengawasan ketat. 

Produk ini tetap memerlukan pengawasan mutu, pelabelan yang akurat, serta standardisasi pengujian sesuai dengan protokol internasional.

“Temuan ini menjadi langkah awal dalam membangun fondasi ilmiah kebijakan tembakau di Indonesia. Dengan data yang objektif, pemerintah dan masyarakat dapat mengambil keputusan yang lebih bijak dan berbasis bukti,” tandasnya.

Ia berharap penelitian ini menjadi pijakan awal bagi kolaborasi riset lintas sektor dan dapat dimanfaatkan dalam penyusunan kebijakan publik yang melindungi kesehatan masyarakat sekaligus mendorong inovasi industri yang bertanggung jawab.sinpo

Editor: Tarmizi Hamdi
Komentar: