Ketahui Anemia Aplastik yang Diidap Babe Cabita, Penyebab, Gejala, hingga Pengobatannya

Oleh: Tarmizi Hamdi
Selasa, 09 April 2024 | 13:30 WIB
Ilustrasi penyakit anemia aplastik
Ilustrasi penyakit anemia aplastik

BeritaNasional.com - Masyarakat Indonesia dikejutkan dengan kabar meninggalnya komika Babe Cabita pada Selasa (9/4/2024).

Dunia hiburan Indonesia pun berduka dengan kabar tersebut. Pria bernama lengkap Priya Prayoga Pratama tersebut diketahui mengidap penyakit anemia aplastik.

Jawara ajang Stand Up Comedy Indonesia (SUCI) Kompas TV musim ketiga pada 2012 itu juga sebelumnya menjalani perawatan dan penanganan di rumah sakit beberapa waktu lalu.

Perlu diketahui, anemia aplastik adalah kondisi sumsum tulang tidak mampu memproduksi sel darah baru dalam jumlah yang cukup. Penyakit ini menyebabkan jumlah salah satu atau semua jenis sel darah merah menurun.

Anemia aplastik bisa menyerang siapa saja, tetapi lebih sering terjadi pada orang usia awal 20 tahunan dan lansia. 

Gejala awal anemia aplastik adalah mudah lelah, kulit pucat, sesak napas, hingga pusing. Penderita kondisi ini juga rentan terkena infeksi karena kekurangan leukosit atau sel darah putih (leukopenia).

Penyebab Anemia Aplastik

Anemia aplastik terjadi karena sel punca di sumsum tulang mengalami kerusakan. Kerusakan sel punca ini menyebabkan produksi sel darah melambat atau bahkan menurun. Akibatnya, jumlah sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), limfosit, dan keping darah (trombosit) berkurang, atau disebut sebagai pansitopenia.

Beberapa kondisi atau penyakit yang bisa menyebabkan anemia aplastik adalah:

Penyakit autoimun
Penyakit autoimun terjadi ketika sistem kekebalan tubuh menyerang sel-sel sehat, termasuk sel punca di dalam sumsum tulang. Jika tidak segera ditangani, risiko terserang anemia aplastik akan meningkat.

Kelainan genetik
Seseorang bisa terkena anemia aplastik bila memiliki riwayat keluarga dengan penyakit yang serupa. Selain itu, kelainan genetik bernama anemia Fanconi juga dapat menyebabkan penyakit ini.

Infeksi virus
Infeksi virus yang menyerang sumsum tulang juga dapat menyebabkan anemia aplastik. Beberapa jenis virus yang sering dikaitkan dengan anemia aplastik adalah Hepatitis, Epstein-Barr, Cytomegalovirus, Parvovirus B19 (human parvovirus), dan human immunodeficiency virus (HIV).

Radioterapi dan kemoterapi
Radioterapi dan kemoterapi adalah jenis terapi untuk mengobati kanker. Metode ini berisiko menimbulkan efek samping, termasuk merusak sel-sel punca di dalam sumsum tulang dan meningkatkan risiko terjadinya anemia aplastik.

Penggunaan obat-obatan tertentu
Obat-obatan tertentu, seperti antibiotik chloramphenicol dan obat untuk mengatasi rheumatoid arthritis, dapat menyebabkan kerusakan sumsum tulang dan meningkatkan risiko terjadinya anemia aplastik.

Paparan bahan kimia
Paparan bahan kimia, seperti pestisida, insektisida, dan benzene, yang terjadi terus-menerus juga dapat menyebabkan anemia aplastik.

Kehamilan
Kehamilan terkadang membuat sistem kekebalan tubuh ibu hamil menyerang dan merusak sumsum tulang.

Selain kondisi yang telah dijelaskan, anemia aplastik bisa disebabkan oleh faktor yang belum diketahui. Kondisi ini sering dinamakan anemia aplastik idiopatik.

Gejala Anemia Aplastik

Setiap jenis sel darah memiliki fungsi yang berbeda. Leukosit berperan dalam imunitas tubuh, sedangkan trombosit berperan penting dalam proses pembekuan darah. Sementara itu, eritrosit mengandung hemoglobin sehingga berperan dalam penyaluran oksigen dan nutrisi ke seluruh tubuh.

Gejala anemia aplastik bisa bervariasi, tergantung pada fungsi sel darah yang terpengaruh. Namun, gejala yang umum terjadi adalah:

Mudah lelah dan lemas

- Sesak napas

- Kulit pucat

- Pusing

- Sakit kepala

- Demam

- Kulit mudah memar atau berdarah

- Infeksi yang berulang dan lama sembuh

- Mimisan

- Diagnosis Anemia Aplastik

Untuk mendiagnosis anemia aplastik, dokter akan melakukan tanya jawab seputar keluhan yang dialami, riwayat penyakit pasien dan keluarga, serta obat-obatan yang sedang dikonsumsi, kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik.

Setelah itu, untuk memastikan diagnosis, dokter akan melakukan pemeriksaan penunjang berupa:

Tes darah
Tes darah dilakukan untuk melihat sel kadar merah, sel darah putih, trombosit, dan hemoglobin. Pasien diduga mengalami anemia aplastik jika jumlah salah satu sel atau seluruhnya berada di bawah batas normal.

Biopsi sumsum tulang
Pemeriksaan biopsi sumsum tulang dilakukan dengan mengambil sampel sumsum tulang untuk diperiksa di bawah mikroskop. Pemeriksaan ini juga dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan penyebab lain.

Pengobatan Anemia Aplastik

Pengobatan anemia aplastik tergantung pada kondisi dan tingkat keparahan yang dialami pasien. Berikut adalah jenis-jenis pengobatan pada anemia aplastik:

1. Antibiotik dan antivirus

Penderita anemia aplastik rentan mengalami infeksi. Oleh karena itu, antibiotik atau antivirus akan diberikan oleh dokter untuk mengatasi infeksi.

2. Transfusi darah

Jika kadar dan jumlah sel darah berkurang drastis, transfusi darah bisa diberikan untuk meredakan gejala dan mencukupi kebutuhan sel darah.

3. Imunosupresan

Pemberian obat imunosupresan dilakukan untuk menekan aktivitas sistem imun yang merusak sumsum tulang. Imunosupresan akan diberikan kepada penderita anemia aplastik akibat penyakit autoimun. Beberapa jenis obat yang digunakan adalah ciclosporin atau kortikosteroid.

4. Transplantasi sel punca

Transplantasi sel punca atau transplantasi sumsum tulang dilakukan untuk menggantikan sel yang rusak dengan sel yang sehat. Metode ini biasanya dilakukan pada pasien usia di bawah 40 tahun dan mendapatkan donor yang cocok, misalnya saudara kandung.

Metode ini juga bisa dilakukan pada pasien yang gejalanya tidak membaik setelah menggunakan imunosupresan. Namun, prosedur ini juga berisiko bila tubuh pasien menolak sel punca dari pendonor.

5. Stimulan sumsum tulang

Pemberian obat, seperti filgrastim, pegfilgrastim, epoetin alfa, atau eltrombopag, bisa dilakukan untuk merangsang sumsum tulang agar bisa memproduksi sel darah yang baru. Metode ini sering dikombinasikan dengan pemberian imunosupresan.

Pencegahan Anemia Aplastik

Belum ada cara untuk mencegah anemia aplastik. Namun, untuk menurunkan risiko terkena anemia aplastik, sebaiknya hindari paparan zat kimia, seperti pestisida, insektisida, pelarut organik, dan penghilang cat.

Bila Anda menderita anemia aplastik, ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah kondisi ini makin memburuk atau menimbulkan komplikasi, yaitu:

Berobat dan kontrol rutin ke dokter

Rajin mencuci tangan, terutama setelah menggunakan toilet atau beraktivitas di luar ruangan

Menghindari olahraga yang melibatkan kontak fisik, untuk mencegah perdarahan

Mencukupi waktu istirahat setelah beraktivitas dan tidur malam

Melengkapi imunisasi, khususnya pada anak-anak, dengan berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu.sinpo

Editor: Tarmizi Hamdi
Komentar: