Stres Tinggi di Masa Kecil Hasilkan Jejak Trauma di Sperma

Oleh: Sri Utami Setia Ningrum
Rabu, 05 Februari 2025 | 15:32 WIB
Ilustrasi (BeritaNasional/Pixabay)
Ilustrasi (BeritaNasional/Pixabay)

BeritaNasional.com -  Terdapat epigenetik yang berbeda pada sel sperma ayah yang pernah mengalami stres tinggi di masa kecil.

Hal ini setelah dilakukan penelitian terbaru yang dimuat dalam jurnal Molecular Psychiatry. 

Dalam penelitian tersebut terdapat penanda epigenetik pada ayah yang memiliki pengalaman stres berat pada masa kanak-kanak berpengaruh pada keturunannya langsung.  Jejak trauma tersebut terekam dalam sel spermanya. 

Epigenetika melibatkan bagaimana pembacaan DNA, yakni cetak biru yang digunakan untuk membangun protein dan molekul yang membentuk tubuh. Epigenetika tidak mengubah kode dasar DNA, melainkan mengubah gen mana yang dapat diaktifkan. Penelitian menunjukkan, pengalaman hidup dan juga lingkungan tempat kita tumbuh dapat meninggalkan perubahan epigenetik pada DNA, yang bisa mengubah aktivitas gen.

"Epigenetika pada dasarnya menunjukkan gen mana yang aktif,” kata penulis utama studi Dr Jetro Tuulari yang merupakan profesor di Universitas Turku di Finlandia.

Penelitian ini menegaskan banyak penelitian lain yang menyelidiki tentang kepastian pengalaman hidup orang tua dapat diwariskan kepada generasi mendatang melalui perubahan epigenetik ini. 

Para peneliti menuturkan, penting untuk dicatat bahwa bidang penelitian ini masih dalam tahap awal. 

"Melihat perubahan epigenetik pada sperma tidak serta merta berarti perubahan tersebut diturunkan kepada anak. Faktanya, para peneliti bekerja sangat keras untuk menjawab pertanyaan itu," kata Tuulari.

 

Beberapa studi psikologi sebelumnya juga telah menunjukkan bagaimana trauma yang dialami seseorang bisa "diwariskan" kepada keturunannya. Para ahli menyebutnya sebagai "trauma antargenerasi". 

"Trauma yang dialami dari sebuah kejadian personal juga bisa diturunkan, misalnya kekerasaan atau pelecehan saat kanak-kanak," kata Hammond. 

Kondisi seorang ibu jika mengalami depresi berat memengaruhi kemampuannya menjalankan pengasuhan secara sehat. Akibatnya, anak dibesarkan dengan asumsi bahwa hubungan yang berjarak dan kurang dekat antara ibu dan anak sebagai sesuati yang normal.sinpo

Editor: Sri Utami Setia Ningrum
Komentar: