Polri Ungkap Berbagai Modus Para Bandar Selundupkan Narkoba ke Indonesia

BeritaNasional.com - Keberhasilan Polri dalam mengungkap kasus peredaran narkoba selama dua bulan pada periode Januari sampai Februari 2025 mencatatkan angka yang fantastis, mencapai 6.881 kasus dengan 9.586 orang ditetapkan sebagai tersangka.
“Kita mengungkap peredaran gelap narkoba ini tentu merupakan satu kebanggaan, satu kesuksesan. Tetapi di sisi lain, kita harus juga melihat bahwa ini Indonesia masih tetap rentan,” kata Kabareskrim Komjen Pol, Wahyu Widada dikutip Kamis (6/3/2025).
Menurut Wahyu, meski sudah berkali-kali diungkap, namun masuknya narkoba dari gembong-gembong kelas kakap masih terus terjadi. Lantas, dia mengungkap beragam modus yang kerap dipakai untuk memasukan barang haram tersebut.
“Pertama ini adalah kita ungkap ketika dilakukan pengiriman narkoba antar provinsi melalui jalur darat dari Pulau Sumatera ke Pulau Jawa. Ada yang kita tangkap di wilayah Sumatera, ada yang kita tangkap di wilayah Jakarta, ada juga yang di wilayah perbatasan laut,” kata Wahyu.
Kemudian sindikat yang memasukan narkoba melalui dua jalur yakni golden crescent dan golden triangle. Di mana,
Golden crescent atau bulan sabit emas adalah kawasan produksi dan distribusi opium global yang terletak di Asia Selatan.
Sementara golden triangle merupakan sebutan untuk penjualan opium atau jaringan narkotika yang beroperasi di Myanmar, Thailand dan Laos.
“Pengiriman narkoba melalui jalur laut dengan cara memasukkan narkoba dari Golden Triangle dan juga Golden Crescent ke Samudera Hindia di Laut Aceh dengan menggunakan kapal laut.
Ada yang dari utara melalui selat Malaka, tapi ada juga yang dari selatan, dari arah barat, pantai selatan Pulau Sumatera,” jelasnya.
Modus lainnya adalah, pengiriman narkoba dari luar negeri yang memakai kargo, ekspedisi resmi maupun hand carry dengan cara disamarkan oleh kurir yang membawa narkotika tersebut.
Terakhir, para gembong narkoba turut membuat clandestine laboratorium tempat produksi narkoba di perumahan mewah. Hal itu dipakai, guna menghindari proses pengiriman, sehingga narkoba dibuat langsung di Indonesia.
“Yang kita ungkap di Bogor, yang memiliki penjagaan keamanan yang ketat sehingga tidak bisa diakses oleh sembarang orang, termasuk aparat hukum, aparat penegak hukum untuk dapat melakukan penyelidikan,” ucapnya.
Meski telah diketahui berbagai modus pengiriman narkoba tersebut, Wahyu mengakui kalau mencegah masuknya narkoba ke Indonesia bukan pekerja mudah. Sebab wilayah Indonesia yang luas, membuat para bandar selalu mencari celah dari petugas.
“Garis pantai Indonesia ini terpanjang kedua setelah Kanada artinya kita tidak mudah menjaga perbatasan yang sedemikian banyak terutama pantai timur Sumatera dan Barat sumatera itu sepanjang titik pantai itu adalah landing spot,” kata dia.
“Kita gak bicara pelabuhan resmi atau tidak bahkan rawa pun dijadikan tempat mendaratnya narkotika ini,” tambahnya.
Adapun untuk hasil pengungkapan tersebut, total barang bukti dalam operasi dua bulan, tercatat ada 4,1 Ton narkotika tersebut, secara rinci terbagi dalam Sabu seberat 1,28 Ton, Ekstasi 346.959 butir (138,783 kg), ganja 493 kg, kokain 3,4 kg, tembakau gorila (sintetis) 614 kg, dan obat keras 2.199.726 butir (659,917 kg)
“Dari keseluruhan barang bukti yang diamankan, estimasi jiwa yang telah berhasil diselamatkan sejumlah 11.407.315 jiwa,” jelasnya.
Akibat dampak yang besar dari narkoba, Wahyu mengingatkan agar masyarakat menjauhi narkoba. Jangan jadikan narkoba sebagai pelarian, karena itu merupakan musuh nyata yang merusak bangsa.
8 bulan yang lalu
PERISTIWA | 1 hari yang lalu
PERISTIWA | 2 hari yang lalu
OLAHRAGA | 17 jam yang lalu
GAYA HIDUP | 2 hari yang lalu
POLITIK | 2 hari yang lalu
GAYA HIDUP | 2 hari yang lalu
PERISTIWA | 1 hari yang lalu
PERISTIWA | 1 hari yang lalu
OLAHRAGA | 1 hari yang lalu
POLITIK | 2 hari yang lalu