Putin: Ada Potensi Rusia Tempatkan Rudal Jarak Menengah di Seluruh Dunia

Oleh: Dyah Ratna Meta Novia
Senin, 01 Juli 2024 | 05:00 WIB
Vladimir Putin dalam sebuah kesempatan (Foto:X President of Russia)
Vladimir Putin dalam sebuah kesempatan (Foto:X President of Russia)

BeritaNasional.com - Presiden Vladimir Putin menyatakan, Rusia perlu melanjutkan produksi rudal jarak menengah dan pendek yang mampu membawa senjata nuklir. Moskow juga kemungkinan kembali mempertimbangkan lokasi penempatannya. 

Pernyataan itu mengemuka setelah Amerika Serikat (AS) mengirimkan rudal serupa ke Eropa dan Asia.

Langkah Putin pada akhirnya mengakhiri semua perjanjian pengendalian senjata utama dari era Perang Dingin. Pengakhiran itu dilakukan di tengah kekhawatiran bahwa dua kekuatan nuklir terbesar di dunia, bersama dengan China, akan memulai perlombaan senjata baru.

Perjanjian Kekuatan Nuklir Jarak Menengah (Intermediate-range Nuclear Forces/INF) ditandatangani oleh mantan presiden Uni Soviet Mikhail Gorbachev dan mantan presiden AS Ronald Reagan pada 1987. Kesepakatan itu adalah perjanjian antara dua negara adidaya yang setuju untuk mengurangi persenjataan nuklir mereka dan menghapuskan seluruh kategori senjata nuklir.

AS di bawah mantan Presiden Donald Trump secara resmi menarik diri dari Perjanjian INF pada 2019 setelah mengatakan bahwa Moskow melanggar perjanjian tersebut. Kremlin berulang kali membantah tudingan itu, dan bahkan menyebutnya sebagai dalih.

Rusia kemudian memberlakukan moratorium terhadap pengembangan rudalnya sendiri yang sebelumnya dilarang oleh perjanjian INF – rudal balistik dan jelajah berbasis darat dengan jangkauan 500 km hingga 5.500 km.

Putin mengatakan, Rusia berkomitmen untuk tidak mengerahkan rudal-rudal tersebut. Namun, AS tetap melanjutkan produksinya, membawanya ke Denmark untuk dijadikan latihan dan juga membawanya ke Filipina.

“Kita perlu menanggapi hal ini dan mengambil keputusan tentang apa yang harus kita lakukan selanjutnya,” kata Putin.

"Sepertinya, kita perlu memulai produksi sistem serangan ini dan kemudian, berdasarkan situasi saat ini, membuat keputusan di mana kita perlu menempatkannya untuk memastikan keamanan kita," ucapnya.

Dikutip dari VOA, Rusia dan AS sama-sama menyatakan penyesalan atas batalnya perjanjian pengendalian senjata yang berupaya memperlambat perlombaan senjata pada Perang Dingin dan mengurangi risiko perang nuklir. Sejauh ini kedua negara tersebut tercatat sebagai negara yang memiliki kekuatan nuklir terbesar di dunia.sinpo

Editor: Dyah Ratna Meta Novia
Komentar: