Apa Itu Konklaf? Ritual Pemilihan Pemimpin Baru Gereja Katolik

Oleh: Tim Redaksi
Kamis, 08 Mei 2025 | 12:15 WIB
Gereja Katedral. Di Vatikan, ritual Konklaf sedang berlangsung untuuk memilih paus baru. (BeritaNasional/Oke Atmaja)
Gereja Katedral. Di Vatikan, ritual Konklaf sedang berlangsung untuuk memilih paus baru. (BeritaNasional/Oke Atmaja)

BeritaNasional.com - Vatikan tengah menjadi sorotan dunia seiring dengan dimulainya prosesi sakral pemilihan Paus baru, yang dikenal dengan istilah Konklaf. Ritual sakral ini merupakan cara Gereja Katolik Roma memilih pemimpin tertinggi mereka.

Pada Rabu (7/5/2025), sebuah Misa khusus bertajuk “Pro Eligendo Pontifice” (Misa Pemilihan Paus) menandai dimulainya babak baru ini. 

Misa yang khidmat ini dipimpin oleh Kardinal Giovanni Battista Re (91 tahun) yang merupakan Pemimpin Kollegium para Kardinal. 

Seluruh Kardinal yang hadir di Vatikan, tanpa memandang usia, turut serta dalam perayaan ini.

Sebanyak 133 Kardinal memiliki hak untuk mengikuti Konklaf. Mereka dapat memilih dan juga dipilih menjadi Paus. Namun, tradisi menetapkan bahwa hanya Kardinal yang berusia di bawah 80 tahun yang berhak memberikan suara dan dipilih. Kekosongan kepemimpinan atau “sede vacante” dalam Gereja Katolik terjadi setelah wafatnya Paus Fransiskus pada 21 April 2025.

Asal Usul dan Makna Konklaf

Istilah “Konklaf” sendiri berasal dari bahasa Latin, “Conclave,” yang secara etimologis berarti “dengan kunci” (“cum” berarti “dengan,” dan “clave” berarti “kunci”). 

Nama ini menggambarkan proses pemilihan Paus yang berlangsung di dalam ruangan yang terkunci rapat, mencerminkan suasana kerahasiaan yang tinggi dari dunia luar. 

Selain itu, Konklaf juga bermakna pemilihan yang dilakukan di tempat yang tersembunyi, dalam suasana tenang, diiringi doa dan meditasi mendalam.

Dalam proses Konklaf, setiap Kardinal yang berusia di bawah 80 tahun memiliki potensi untuk dipilih dan memilih. 

Artinya, seorang Kardinal masuk ke dalam ruang Konklaf sebagai seorang Kardinal, namun memiliki kemungkinan untuk keluar sebagai pemimpin tertinggi umat Katolik sedunia.

Tahapan-Tahapan Penting dalam Konklaf

Setelah Misa pagi yang diperkirakan berlangsung selama 1,5 jam, para Kardinal akan kembali ke penginapan mereka di Domus Santa Marta untuk santap siang. 

Tempat ini memiliki sejarah tersendiri karena pernah menjadi kediaman Paus Fransiskus selama 12 tahun masa kepemimpinannya. 

Sebagai persiapan Konklaf, seluruh penghuni lain di Domus Santa Marta telah diungsikan untuk memberikan ruang bagi 133 Kardinal. Pintu masuk penginapan ini bahkan telah disegel sebagai tanda dimulainya proses sakral ini. Selain itu, Vatikan juga telah memutus jaringan internet di area pergerakan para Kardinal dan melarang penggunaan perangkat elektronik untuk menjaga kerahasiaan.

Usai santap siang, para Kardinal akan diantar menuju Kapel Paolina, yang terletak di dalam Istana Kepausan. Sebagian dari mereka akan berjalan kaki melalui jalur khusus yang tertutup. 

Dari Kapel Paolina, mereka akan berarak dalam prosesi agung sambil melantunkan lagu “Veni Creator Spiritus,” menuju tempat inti Konklaf, yaitu Kapel Sistina, yang bersebelahan dengan Kapel Paolina.

Di dalam Kapel Sistina, sekitar pukul 16.30 waktu Vatikan, seluruh Kardinal peserta Konklaf akan mengucapkan sumpah di atas Kitab Suci. 

Sumpah ini menegaskan komitmen mereka untuk menjaga kerahasiaan proses pemilihan dan tidak melanggar aturan Konklaf yang ditetapkan oleh Paus Benediktus XVI. Pelanggaran dapat berakibat ekskomunikasi. 

Setelah pengucapan sumpah, Maestro Liturgi akan menyerukan “Extra Omnes,” yang menandakan bahwa semua orang di luar para Kardinal pemilih harus meninggalkan ruangan. Pemilihan putaran pertama akan segera dimulai setelahnya.

Pada hari pertama, hanya satu putaran pemilihan yang akan dilakukan pada sore hingga malam hari. 

Pada hari-hari berikutnya, akan ada empat putaran setiap harinya, dua di pagi hari dan dua di sore hari, hingga terpilih seorang Paus dengan mayoritas 2/3 suara. 

Jika setelah 35 putaran belum ada hasil, maka dua kandidat dengan suara terbanyak akan dipilih dalam putaran selanjutnya hingga salah satu dari mereka meraih kemenangan.

Beberapa Konklaf terakhir berlangsung relatif singkat, hanya dua hingga tiga hari atau sekitar 8 hingga 10 putaran. Namun, sejarah mencatat adanya Konklaf yang berlangsung lebih dari satu tahun, dan yang tersingkat hanya 10 jam.

Proses Pemungutan Suara yang Khidmat

Dalam proses pemilihan, setiap Kardinal menerima kertas suara bertuliskan bahasa Latin: “Eligo in Sumum Pontificem Meum,” yang berarti: “Saya memilih Pemimpin Tertinggiku.” Di bawahnya terdapat ruang kosong untuk menuliskan nama kandidat pilihan.

Setelah menuliskan nama, setiap Kardinal secara bergiliran akan menuju altar, di mana sebuah wadah telah disiapkan untuk menampung kertas suara. 

Di depan altar, Kardinal akan mengangkat tinggi-tinggi kertas pilihannya sebagai bukti keabsahan, kemudian berlutut untuk berdoa: “Testor Christum Dominum, qui me iudicaturus est, me eum eligere, quem secundum Deum iudico eligi debere” (Aku memanggil Kristus Tuhan sebagai hakimku untuk menjadi saksi bahwa saya telah memilih calon ini, yang saya yakin sungguh bahwa dia dipilih sesuai kehendak Tuhan). Setelah berdoa, kertas suara dilipat dan dimasukkan ke dalam wadah.

Setelah seluruh Kardinal memberikan suara, tiga Kardinal termuda yang bertugas akan menghitung dan mengumpulkan suara, lalu mengumumkan hasilnya. Jika proses berjalan sesuai aturan, pemilihan dinyatakan sah.

Sinyal Asap: Hitam atau Putih?

Di akhir setiap putaran, kertas suara yang telah dibuka akan dilubangi, diikat dengan benang, dan kemudian dibakar di dalam oven. Jika belum ada Paus yang terpilih, kertas-kertas tersebut dibakar dengan campuran bahan kimia yang menghasilkan asap hitam. 

Asap hitam ini menjadi sinyal bagi umat Katolik di seluruh dunia bahwa pemilihan belum menghasilkan pemimpin baru. 

Pada hari pertama Konklaf ini, yang dimulai pada sore hari, hanya akan ada satu putaran pemilihan. Hasilnya, melalui kepulan asap, baru akan terlihat setelah pukul 19.00 waktu Vatikan (tengah malam WIB).

Sebaliknya, jika sebuah putaran menghasilkan mayoritas suara yang dibutuhkan, yang berarti seorang Paus telah terpilih, Kardinal Dekan akan bertanya kepada yang bersangkutan apakah ia menerima pemilihan tersebut. 

Jika jawabannya adalah “Ya,” maka pertanyaan kedua akan diajukan: nama apa yang akan ia gunakan sebagai Paus. Setelah jawaban diberikan dengan jelas, Paus terpilih akan mengenakan pakaian kebesaran khusus. Tradisi mahkota sudah tidak lagi digunakan.

Setelah mengenakan pakaian khusus, Paus terpilih akan menuju altar, di mana kursi khusus telah disiapkan. 

Di hadapannya, para Kardinal akan mengucapkan janji setia dan ketaatan. Pada saat inilah, kertas-kertas suara yang telah diikat akan dibakar dengan campuran kimia yang menghasilkan asap putih, menandakan bahwa Gereja Katolik telah memiliki seorang Paus baru. 

Asap putih yang mengepul dari cerobong di atas atap Kapel Sistina akan diiringi dengan bunyi lonceng panjang dari Basilika Santo Petrus.

Pengumuman dan Perkenalan Paus Baru

Bersamaan dengan keluarnya asap putih, Paus baru akan diantar menuju sebuah ruangan di samping altar yang disebut “camera lacrimatoria” atau Kamar Air Mata. 

Di ruangan ini, ia akan beristirahat sejenak dan mempersiapkan diri untuk diperkenalkan kepada dunia dari balkon Basilika Santo Petrus. 

Nama “Kamar Air Mata” sendiri menyiratkan tempat di mana Paus baru dapat meluapkan perasaannya, yang seringkali berupa air mata kegembiraan atau haru.

Di sini pula, ia akan mengenakan pakaian lain yang lebih sesuai untuk tampil di hadapan publik.

Dalam waktu sekitar 20 hingga 40 menit, ketika ratusan ribu umat dan peziarah bergegas menuju Lapangan Santo Petrus, Paus baru akan diantar oleh para Kardinal menuju balkon Basilika Santo Petrus yang berbingkai merah dan tertutup kain merah. 

Seorang Kardinal Diakon, didampingi dua ajudan, akan mengumumkan nama Paus baru kepada dunia dengan kalimat pembuka yang terkenal: “Annuntio vobis gaudium magnum: Habemus Papam!” (Saya mengumumkan kepada kalian sebuah kegembiraan besar: Kita mempunyai seorang Paus!).

Setelah pengumuman, Kardinal Diakon dan kedua ajudan akan mundur, dan Paus baru akan tampil menyapa hadirin dan pemirsa di seluruh dunia dengan gestur tangan khas. 

Ia juga akan menyampaikan wejangan singkat yang penuh makna, di mana kata-kata awalnya seringkali mencerminkan kepribadian, spiritualitas, arah teologi, pastoral, dan visi kepemimpinannya.

Setelah perkenalan dan sambutan ini, Paus baru akan kembali ke kediaman barunya di Vatikan. Beberapa hari kemudian, sebuah Misa instalasi akan dilaksanakan di Lapangan Santo Petrus, terbuka untuk seluruh umat. 

Momen ini akan menjadi kesempatan bagi umat untuk mendengarkan khotbah pertama Paus baru, di mana visi, misi, harapan, dan arah kepemimpinannya di masa depan akan mulai terungkap dengan lebih jelas.sinpo

Editor: Tarmizi Hamdi
Komentar: