Sekitar 350 Keluarga di Sudan Berjalan Kaki 50 Km Selama 4 Hari untuk Mengungsi

Oleh: Tim Redaksi
Kamis, 23 Oktober 2025 | 09:30 WIB
Sekitar 350 keluarga di Sudan berjalan kaki sejauh 50 Km selama 4 hari untuk mengungsi. (Foto/@SudanTrends)
Sekitar 350 keluarga di Sudan berjalan kaki sejauh 50 Km selama 4 hari untuk mengungsi. (Foto/@SudanTrends)

BeritaNasional.com - Badan Kemanusiaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Selasa (22/10) kemarin melaporkan, sekitar 350 keluarga berjalan kaki sejauh kurang lebih 50 kilometer selama empat hari untuk melarikan diri dari Kota El Fasher, Sudan, yang terkepung, dan mereka tiba di Kota Tawila dalam kondisi yang sangat memprihatinkan.

Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (UN Office for the Coordination of Humanitarian Affairs-OCHA) mengatakan, sebagian besar pengungsi yang tiba pada Minggu (19/10/2025) dan Senin (20/10/2025) terdiri dari perempuan, anak-anak, dan warga lanjut usia, beberapa di antaranya mengalami luka-luka selama perjalanan. Mereka bergabung dengan lebih dari 600.000 orang yang telah mengungsi dari El Fasher, ibu kota Negara Bagian Darfur Utara, dan daerah sekitarnya yang kini ditampung di Tawila.

OCHA menyebut, puluhan pemuda yang melarikan diri bersama kelompok tersebut masih dinyatakan hilang, dan eskalasi kekerasan semakin memperparah krisis kemanusiaan yang sudah buruk di Darfur Utara, Sudan, sementara PBB dan mitra-mitranya terus meningkatkan upaya tanggap darurat di wilayah-wilayah yang dapat diakses.

"PBB dan mitra-mitra kemanusiaannya menyediakan makanan, air, dan perawatan medis dasar bagi para pengungsi yang baru tiba, tetapi kebutuhan jauh melebihi sumber daya yang tersedia," papar OCHA. 

"Banyak keluarga pengungsi tidak memiliki tempat tinggal, makanan yang memadai, atau air bersih. OCHA sedang berkoordinasi dengan otoritas, donatur, dan mitra untuk memobilisasi kapasitas, sumber daya, dan dukungan tambahan," jelasnya.

Para petugas kemanusiaan mengatakan, serangan berulang terus mengancam keselamatan warga sipil di El Fasher. Sumber-sumber setempat melaporkan bahwa serangan artileri berat menghantam pusat kota tersebut pada Senin, membahayakan keselamatan ribuan warga sipil di salah satu kawasan berpenduduk paling padat di El Fasher.

OCHA menambahkan bahwa otoritas setempat melaporkan lebih dari 109.000 orang terpaksa mengungsi di 127 lokasi di wilayah ibu kota negara bagian tersebut, mayoritas di antaranya kekurangan makanan, air bersih, dan perawatan medis.

Di wilayah As Serief dan Kernoi, Organisasi Internasional untuk Migrasi (International Organization for Migration-IOM) memperkirakan sekitar 10.000 orang terpaksa mengungsi pada Minggu (19/10/2025) lalu akibat meningkatnya kerawanan. Sebagian besar mengungsi ke lokasi-lokasi terdekat di dalam wilayah Kernoi.

Kantor PBB tersebut juga menyampaikan bahwa sejumlah drone dilaporkan menyerang bandar udara internasional Khartoum pada Selasa dini hari waktu setempat, sehari sebelum bandar udara itu dijadwalkan dibuka kembali bagi penerbangan domestik untuk pertama kalinya sejak konflik dimulai pada April 2023.

Selain itu, OCHA kembali menegaskan seruan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres untuk segera menghentikan pertikaian, melindungi warga sipil dan infrastruktur sipil, serta memastikan akses kemanusiaan tanpa hambatan bagi semua yang membutuhkan.

Sumber: Antarasinpo

Editor: Kiswondari
Komentar: