Dihantam Perang Dagang, Pasar Indonesia Disebut Lebih Tangguh

Oleh: Sri Utami Setia Ningrum
Rabu, 09 April 2025 | 20:30 WIB
Pengunjung melintas di Mal Thamrin City. Jakarta, Minggu (21/7/2024). (BeritaNasional.com/Oke Atmaja)
Pengunjung melintas di Mal Thamrin City. Jakarta, Minggu (21/7/2024). (BeritaNasional.com/Oke Atmaja)

BeritaNasional.com -  Pasar Indonesia disebut lebih tangguh dari negara lain di tengah gejolak setelah diumumkan kebijakan tarif impor baru oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. 

Pernyataan ini disampaikan Kepala Ekonom Permata Bank Josua Pardede yang menilai kondisi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Indonesia lebih baik dari sejumlah negara lain, didukung oleh fondasi ekonomi Indonesia yang cukup kuat.

“Dibandingkan negara lain yang mengalami koreksi lebih dalam, kinerja IHSG bisa dikatakan tidakburuk dan bahkan menjadi sinyal kepercayaan investor terhadap fondasi ekonomi Indonesia yang cukup kuat,” katanya di Jakarta. 

Ini didukung oleh indikator makro seperti pertumbuhan kredit yang masih double digit yakni 10,42%, penaikan belanja domestik saat Ramadhan, dan posisi neraca perdagangan yang masih surplus. Pasar masih melihat Indonesia mempunyai daya tahan fundamental yang baik.

Pergerakan IHSG yang hanya melemah 7,9% sejak pengumuman kebijakan itu sampai penutupan pasar 8 April 2025, menunjukkan pasar modal Indonesia tidak terlalu buruk dibanding negara lain.

Menurut dia, pelemahan IHSG dipengaruhi oleh adanya tekanan dan ketidakpastian global, terutama terkait dengan potensi perlambatan ekonomi dunia, disrupsi rantai pasok, dan depresiasi rupiah akibat dari capital outflow dan tekanan terhadap aset berisiko.

“Pasar modal Indonesia relatif lebih tangguh dibandingkan banyak negara lain, termasuk Italia, Argentina, Vietnam, Prancis, Singapura, dan bahkan Amerika Serikat sendiri yang mencatat penurunan 10,7% dalam periode yang sama,” ujarnya dilansir Antara, Rabu (9/4/2025).

Hal ini memberikan indikasi pasar merespons secara relatif positif terhadap kondisi ekonomi domestik Indonesia, yang dinilai lebih resilien di tengah guncangan eksternal global.

Salah satu alasan utama menurut Josua, di balik ketahanan relatif IHSG adalah rendahnya eksposur langsung Indonesia terhadap pasar AS. Josua mengungkapkan, nilai ekspor Indonesia ke AS hanya berkontribusi sekitar 2,2% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Nilai ini jauh lebih kecil jika dibandingkan negara seperti Vietnam dengan nilai 33%.

“Ini memberikan fleksibilitas lebih besar bagi Indonesia dalam menyikapi kebijakan proteksionis AS, serta mengurangi dampak langsung terhadap perekonomian secara keseluruhan,” tuturnya. (Antara)sinpo

Editor: Sri Utami Setia Ningrum
Komentar: